Selama tujuh tahun memangku jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), menorehkan berbagai kenangan manis bagi Diah Anggraeni.
Melalui dua kabinet pemerintahan, yakni Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I dan KIB II, Diah mengaku telah menjalani tiga pola kepemimpinan yang diasuh oleh tiga Menteri Dalam Negeri (Mendagri), yakni M Ma’ruf, Mardiyanto, dan Gamawan Fauzi.
Dan, kepemimpinan di bawah Mendagri Gamawan Fauzi lah merupakan masa kepemimpinan yang paling lama dan mencatatkan berbagai kenangan baginya.
“Dalam dua periode Kabinet Indonesia Bersatu tersebut, kami dibimbing oleh tiga orang Mendagri. Dari tiga orang Mendagri tersebut, kami mengalami masa kepemimpinan Mendagri yang paling lama bersama Bapak Gamawan Fauzi, yaitu mulai Oktober 2009 sampai dengan April 2014 atau selama empat tahun enam bulan,” kenang Diah.
Terhitung 30 April 2014, Diah sudah tidak lagi menjabat sebagai Sekjen Kemendagri. Posisinya saat ini digantikan oleh Yuswandi A Tumenggung, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Keuangan Daerah (Keuda).
Kini, Diah mengisi hari-harinya dengan kesibukan di Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Diah mengaku, ada dua memori pribadi yang tak terlupakan baginya atas kearifan Mendagri Gamawan Fauzi selama memimpin roda birokrasi di Kemendagri bersama dirinya.
Pertama, penugasan untuk meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Kemendagri menuju opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang sebelumnya selama empat tahun berturut-turut mendapatkan opini disclaimer.
Berkat bimbingan dan kerja sama yang solid dengan seluruh pimpinan komponen, Kemendagri akhirnya dapat mencapai opini WTP mulai tahun 2011 sampai saat ini.
Kedua, pelimpahan kepercayaan penuh dari Mendagri Gamawan Fauzi kepada Sekjen selaku Ketua Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) dalam menyeleksi dan mempromosikan para pejabat eselon II, III, dan IV.
Pelimpahan kepercayaan ini menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh anggota Baperjakat, meski pun persetujuan akhir atas promosi jabatan tersebut merupakan wewenang Mendagri.
“Atas kearifan Mendagri tersebut, tiada kata yang lebih indah yang patut disampaikan selain ucapan terima kasih yang tak terhingga atas seluruh arahan dan bimbingan Mendagri kepada kami selama melaksanakan tugas selaku Sekjen Kemendagri,” tutur Diah.
Diah pun bercerita, selama rentang waktu tujuh tahun melaksanakan tugas selaku Sekjen Kemendagri, ia memiliki prinsip bahwa pekerjaan sehari harus dituntaskan dalam sehari, karena besok akan berhadapan dengan tugas lain. Prinsip penuntasan tugas dalam sehari membuatnya seringkali bersikap tegas terhadap para pejabat terkait, baik para pejabat eselon I Kemendagri, para sekretaris komponen, maupun para Kepala Biro dan Kepala Pusat lingkup Setjen yang sehari-hari membantu melaksanakan tugas kesetjenan. Namun, hal itu semata-mata ditujukan untuk meningkatkan kinerja Kemendagri.
Jika memang ada kelemahan, kekurangan dan keterbatasan selama memimpin Sekjen Kemendagri, saat Penyerahan Memori Jabatan Sekjen Kemendagri di Jakarta, 9 Mei lalu, Diah pun menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada Mendagri dan seluruh jajaran Setjen Kemendagri.
“Sebagai penutup, perkenankan kami atas nama pribadi dan keluarga menyampaikan permohonan pamit kepada Mendagri dan seluruh jajaran Setjen Kemendagri. Untuk selanjutnya kami mohon ijin Mendagri untuk bergabung mengemban tugas baru di IPDN,” ucap Diah. (adv/sam/jpnn)
Sumber :Jawa Pos
Tags :Berita Kemendagri